Rabu, 14 Juli 2010

Untuk saudariku yang sedang dalam masa penantiannya..

Wanita muslimah laksana bunga yang menawan,
Wanita muslimah yang sholehah bagaikan sebuah perhiasan yang tiada ternilai harganya,
Begitu indah..
Begitu berkilau..
Begitu menentramkan..
Teramat banyak yang ingin meraih bunga tersebut,
Namun tentunya,
Tak sembarang orang berhak meraihnya,
Menghirup sarinya..

Hanya dia yang benar-benar terpilihlah..
Yang dapat memetiknya..
Yang dapat meraih pesonanya..
Dengan harga mahal yang teramat suci,
Sebuah ikatan amat indah bernama pernikahan…
Karna itu, sebelum saatmu tiba,
Sebelum orang terpilih itu datang dan menggandengmu dalam istananya,
Janganlah engkau biarkan dirimu layu sebelum masanya..
Jangan engkau biarkan serigala liar menjadikanmu bahan permainan dalam keisengannya..
Jangan kau biarkan kumbang berebutan menghisap madumu..
Jangan kau biarkan mereka mengintipmu diam-diam,
Dan menikmati pesonamu dalam kesendiriannya..

Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh, atas nama ta’aruf..
Atas nama cinta..
Ya, atas nama cinta..
Jangan kau biarkan ia permainkan hatimu yang rapuh..
Atas nama ta’aruf.. atas nama cinta..

Kau tau, Saudariku?
Jika seseorang jatuh cinta,
Maka cinta itu akan membungkus seluruh aliran darahnya..
Membekuknya dalam jari-jarinya..
Dan menutup semua mata hati dan pikirannya..

Membuat seseorang lupa akan prinsipnya..
Membuat seseorang lupa akan besarnya fitnah ikhwan-akhwat..
Membuat seseorang lupa akan apa yang benar dan apa yang seharusnya ia hindarkan..
Membuat seseorang itu lupa akan apa yang telah ia pelajari sebelumnya tentang batasan-batasan pergaulan ikhwan-akhwat..
Membuat seseorang menyerahkan apapun,
Supaya orang yang ia cintai bahagia,
Atau ridho terhadap apa yang ia lakukan..
Membuat orang tersebut lupa bahwa cinta mereka belum tentu akan bersatu dalam pernikahan..

Ya Saudarikau..
Ukhty fillah..

Jangan sampai cinta menjerumuskanmu dalam lubang yang telah engkau tutup rapat sebelumnya..
Karna itu, jika engkau mulai menyadari akan adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh..
Segeralah buat sebuah benteng yang tebal dankokoh..
Tanam rumput racun di sekelilingnya..
Pasang semak berduri di muara-muaranya..

Cinta sejati hanya pada Rabbul Izzati..
Cinta yang takkan bertepuk sebelah tangan,
Namun Allah tidak egois mendominasi cinta hamba-Nya..
Ia berikan kita cinta kepada istri, anak, suami, orangtua, kaum muslimin..

Cinta begitu dahsyat pengaruhnya,
Jika engkau tau..

Karna itu, skali lagi..
Jjika engkau mulai menyadari
Adanya benih-benih cinta mulai tertanam lembut dalam hatimu yang rapuh..
Segeralah buat sebuah benteng yang tebal, yang kokoh..
Tanam rumput beracun di sekelilingnya..
Pasang semak berduri di muara-muaranya..
Berlarilah menjauhinya..
Menjauhi orang yang kau cintai..
Buat jarak yang demikian lebar padanya..
Jangan kau berikan ia kesempatan untuk menjajaki hatimu..
Biarlah airmata mengalir untuk saat ini..
Karna kelak yang akan kalian temui adalah kebahagiaan..
Biarlah sakit ini untuk sementara waktu..
Biarlah luka ini mengering dengan berjalannya kehidupan..

Karna cinta (yang belum halal) tidak lain akan membuat kalian sendiri yang menderita,
Kalian sendiri.

Saudariku,
Tentunya sudah mengerti dan paham,
Bagaimana rasanya jika sedang jatuh cinta..
Jika dia jauh, kita merasa sakit karena rindu..
Jika ia dekat, kita merasa sakit karena takut kehilangan..
Padahal ia belum tentu untukmu..
Dan mungkin tidak akan pernah menjadi yang halal..

Karena itu..jauhilah ia..
Jangan kau biarkan ia menanamkan benih-benih cinta di hatimu..
Dan kemudian mengusik hatimu..
Melebihi cinta pada Sang Rabb..
Jangan kau biarkan dia mempermainkanmu,
Dalam kisah yang bernama cinta..

Maka,
Bayangkanlah keadaan ini, tentang suamimu kelak..
Sahabatku..
Sukakah engkau..?
Apabila saat ini ternyata suamimu (kelak),
sedang memikirkan wanita yang itu bukanlah engkau ?
Sukakah engkau??
Bila ternyata suamimu (kelak),
Saat ini tengah mengobrol akrab, tertawa riang,
Bercanda, saling menatap,saling menggoda, saling mencubit,
Saling memandang dengan sangat..
Saling menyentuh ?
Dan bahkan lebih dari itu ?
sukakah engkau, Saudariku ??

Sukakah engkau bila ternyata saat ini
Suamimu (kelak) sedang jalan bersama gadis lain..
Yang itu bukan engkau?
Sukakah engkau ??

Bila saat ini suamimu (kelak)
Tengah berpikir dan merencanakan pertemuan berikutnya?
Tengah disibukkan oleh rencana-rencana..
Apasaja yang akan ia lakukan bersama gadis itu??

Tidak cemburukah engkau, temanku?
Bila saat ini suamimu (kelak)
Sedang makan bersama gadis lain..
Atau bahkan segerombolan gadis lain?
Suamimu (kelak) saat ini sedang digoda oleh gadis-gadis,
Suamimu (kelak) sedang ditelpon dengan mesra..
Sedang dicurhati gadis-gadis..
“aku tak bisa jika sehari tak mengobrol denganmu..”

Tak cemburukah?
Tidak cemburukah??
Tidak cemburukaahhhh???

Tidak terasa bagaimanakah,
Jika suamimu (kelak) saat ini tengah beradu pandangan..
Bercengkrama..
Becerita tentang masa depannya..
Dengan gadis lain yang bukan engkau?

Sukakah engkau kiranya suamimu (kelak)
Saat ini tidak bisa tidur karena memikirkan gadis tersebut?
Menangis untuk gadis tersebut?
Dan berkata dengan hati hancur..
“aku sangat mencintaimu..
Aku sangat mencintaimu…” ??
Tidak patah hatikah engkau??
Sukakah engkau bila suamimu (kelak)
Berkata pada gadis lain..
“tidak ada orang yang lebih aku cintai selain engkau”?
Menyebut gadis tersebut dalam doanya..
Memohon pada Allah supaya gadis tersebut menjadi istrinya..
Dan ternyata engkaulah yang kelak menjadi istrinya..
Dan bukan gadis tersebut ??

Jika engkau tidak suka akan hal itu..
Jika engkau merasa cemburu..
Maka demikian halnya dengan suamimu (kelak),
Dan..
Allah jauh lebih cemburu daripada suamimu..
Allah lebih cemburu..Saudariku..
Melihat engkau sendirian,
Namun pikiranmu enggan berpindah dari laki-laki
Yang telah mengusik hatimu tersebut..

Saudariku..
Kalian percaya takdir bukan?
Saudariku..
Kalian percaya takdir, bukan ??

Apabila dua orang telah digariskan untuk dapat hidup bersama..
Maka..
Sejauh apapun mereka,
Sebanyak apapun rintangan yang menghalangi..
Sebesar apapun beda diantara mereka..
Sekuat apapun usaha dua orang tersebut untuk menghindarkannya..
Meski mereka tidak pernah berkomunikasi sebelumnya..
Meski mereka tidak pernah membayangkan sebelumnya..
Meski mereka tidak pernah saling bertegur sapa..
PASTI tetap saja mereka akan bersatu..
Seakan ada magnet yang menarik mereka..
Akan ada hal yang datang..
Untuk menyatukan mereka berdua..
Akan ada suatu kejadian yang membuat mereka saling mendekat..
Dan akhirnya mereka bersatu..

Namun,
Apabila dua orang yang telah ditetapkan untuk tidak berjodoh..
Maka sebesar apapun
Usaha mereka untuk saling mendekat..
Sekeras apapun upaya orang di sekitar mereka untuk menyatukannya..
Sekuat apapun perasaan yang ada diantara mereka bersua..
Sebanyak apapun komunikasi diantara mereka sebelumnya..
Sedekat apapun..
PASTI..akan ada hal yang membuat mereka akhirnya saling menjauh..
Ada hal yang membuat mereka saling merasa tidak cocok..
Ada hal yang membuat mereka saling menyadari,
Bahwa memang bukan dia yang terbaik..
Ada kejadian yang menghalangi mereka untuk bersatu..
Bahkan ketika mereka mungkin telah menetapkan tanggal pernikahan..

Namun, yang perlu dicatat di sini adalah..
Yakinlah..bahwa yang diberikan oleh Allah..
Yakinlah..bahwa yang digariskan oleh Allah..
Yakinlah..bahwa yang telah ditulis oleh Allah dalam kitabNya..
Adalah yang terbaik untuk kita..
Adalah yang paling sesuai untuk kita..
Adalah yang paling membuat kita merasa bahagia..
Karna Dia-lah yang paling mengerti kita..
Lebih dari diri kita sendiri..
Dialah yang paling menyayangi kita..
Dialah yang paling mengetahui apa yang terbaik untuk kita..
Sementara kita hanya sedikit saja mengetahuinya..
Dan itupun hanya berdasarkan pada persangkaan kita..
Dan..
Yang perlu kita catat juga adalah…
Jika kita tidak mendapatkan suatu hal yang kita inginkan..
Itu bukan berarti bahwa kita tidak pantas untuk mendapatkannya..
Namun justru berarti bahwa..
Kita pantas..
Kita pantas mendapatkan yang lebih baik dari hal tersebut..
Kita pantas mendapatkan yang lebih baik, Saudariku..
Lebih baik..

Meskipun saat ini,
Mata manusia kta tidak memahaminya..
Meskipun saat itu,
Perasaan kita memandangnya dengan sebelah mata..
Meskipun saat itu,
Otak kita melihatnya sebagai sesuatu yang buruk..

Tidak, jangan terburu-buru..
Memvonis bahwa engkau telah diberikan sesuatu yang buruk..
Bahwa engkau tidak pantas..
Karna kelak, engkau akan menyadarinya,
Engkau akan menyadarinya perlahan..
Bahwa apa yang telah hilang darimu,
Bahwa apa yg tidak engkau dapatkan..
Bukanlah yang terbaik untukmu,
Bukanlah yang pantas untukmu,
Bukanlah sesuatu yang baik untukmu..
Karena itu, Saudariku,
Jangan mubadzirkan perasaanmu..
Air matamu..
Jangan kau umbar semua perasaan cintamu ketika engkau tengah menjalin proses taaruf..
Jangan kau umbar semua kekuranganmu..
Jangan kau ceritakan semuanya..
Jangan kau terlalu ngotot ingin dengannya..
jika engkau mencintainya..

karna belum tentu ia adalah jodohmu..

pun jangan takut bila ternyata kalian tidak merasa tidak cocok..
karena Allah telah menetapkan yang terbaik untuk kalian..
maka, memohonlah kepadaNya,
diberikan petunjuk,
dan dijauhkan dari segala godaan yang ada..
karena, cinta sebelum pernikahan
pada hakikatnya adalah sebuah cobaan yang berat..

apakah kalian sering merasa takut?
Karna hanya memiliki sedikit saja, atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki?
Kemudian saudariku,
Apakah kalian sering merasa takut?
Karna hanya memiliki sedikit saja, atau bahkan tidak memiliki teman laki-laki?
Apakah kalian merasa khawatir?
Apakah kalian sering merasa iri melihat gadis-gadis lain yang banyak yang mencintainya..
Banyak yang melamar..banyak yang menginginkannya?
Pernahkah terlintas rasa iri tersebut pada kalian?
Atau sekedar ungkapan..
“hmm..kamu sih enak, banyak yang mau, tinggal milih..”

Saudariku, ketahuilah..
Kelak kita hanya memiliki satu orang suami..
Hanya satu, Saudariku..
Atau kadang lebih, jika cerai dan menikah lagi..
Namun di saat yang bersamaan, kita hanya akan punya 1 suami, bukan?

Jadi, seberapa banyakpun laki-laki yang menyukai kita..
Seberapa banyak teman laki-laki kita..
Pada akhirnya kita hanya akan menikah dengan satu orang laki-laki..
Pada akhirnya kita hanya akan jadi milik satu orang laki-laki..

Dan percayalah..
Semua itu tidak ada kaitannya dengan banyak sedikitnya kenalan..
Banyak sedikitnya teman laki-laki..
Sama sekali tidak.

Karna jika wanita yang terjaga..
Maka Allah-lah yang akan mengirimkan pendamping untuknya..
Karna wanita yang terjaga adalah wanita yang banyak didamba oleh seorang ikhwan sejati..
Jadi..
Jagalah dirimu, hatimu, kehormatanmu..sebelum saatnya tiba..
Perbanyak bekalmu dan doamu..
Yakinlah..bahwa Allah yang akan memilihkan yang terbaik untukmu.. amien..

Ya Allah..karuniakanlah kami seorang suami yang sholeh..
Yang menjaga dirinya..
Yang menjaga hatinya hanya untuk yang halal baginya..
Yang senantiasa memperbaiki dirinya..
Yang senantiasa berusaha mengikuti sunnah Rasulullah..
Yang baik akhlaqnya..
Yang menerima kami apa adanya..
Yang membimbing kami dengan lemah lembut..
Yang akan membawa kami menjuju JannahMu..

Ya Rabb..
Kabulkanlah ya Allah..

Dan segerakanlah..
Karna hati kami teramat lemah..
Dan cinta sebelum menikah adalah cobaan yang berat..

Inspiring Story

I got this story from a book titled as “ Jalan Cinta Para Pejuang “ written by Salim A. Fillah.
By this story, i would like to share about what should we do to manage our possessive feeling in right ways. I think this story so inspiring for us. So, let’s read it and give a comment please..
( sorry Mbak Wulan, actually I want to translate this story to English, but unfortunately, I don’t have enough time to do it..
I hope this story will be inspiring you hehehe ^_^ )
I have given a comment in the last story.

Sergapan Rasa Memiliki
..milik nggendhong lali..
Rasa memiliki membawa kelalaian
-peribahasa Jawa-
SALMAN AL FARISI memang sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mukminah lagi shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tentu saja bukan sebagai kekasih. Tetapi, sebagai sebuah pilihan dan pilahan yang dirasa tepat. Pilihan menurut akal sehat dan pilahan menurut perasaan yang halus, juga ruh yang suci.
Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di sini. Madinah bukanlah tempat kelahirannya. Madinah bukanlah tempatnya tumbuh dewasa. Madinah memiliki adat, rasa bahasa dan rupa-rupa yang belum begitu dikenalnya. Ia berpikir, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik bagi seorang pendatang. Harus ada seorang yang akrab dengan tradisi Madinah berbicara untuknya dalam khitbah (melamar). Maka disampaikannya gelegak hati itukepada sahabat Anshar yang dipersaudarakan dengannya, Abud Darda’.
“Subhanallaah.. wal hamdulillaah ..”, girang Abud Darda’ mendengarnya. Mereka tersenyum bahagia dan berpelukan. Maka setelah persiapan dirasa cukup, beriringanlah kedua sahabat itu menuju sebuah rumah di penjuru tengah kota Madinah. Rumah dari seorang wanita yang shalihah lagi bertaqwa.
“Saya adalah Abud Darda’, dan ini adalah saudara saya, Salman, seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli baiatnya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda untuk dipersuntingnya.”, fasih Abud Darda’ berbicara dalam logat Bani Najjar yang paling murni.
“Adalah kehormatan bagi kami,”, ucap tuan rumah, “Menerima Anda berdua, sahabat Rasulullah yang mulia. Dan adalah kehormatan bagi keluarga ini bermenantukan seorang sahabat Rasulullah yang utama. Akan tetapi hak jawab ini sepenuhnya saya serahkan pada puteri kami.” Tuan rumah memberi isyarat ke arah hijab yang di belakangnya sang puteri menanti dengan segala debar hati.
“Maafkan kami atas keterusterangan ini”, kata suara lembut itu. Ternyata sang ibu yang berbicara mewakili puterinya. “Tetapi karena Anda berdua yang datang, maka dengan mengharap ridha Allah saya menjawab bahwa puteri kami menolak pinangan Salman. Namun, jika Abud Darda’ kemudian juga memiliki urusan yang sama (juga bermaksud melamar untuk dirinya sendiri), maka puteri kami telah menyiapkan jawaban mengiyakan.”
Jelas sudah. Keterusterangan yang mengejutkan, ironis, sekaligus indah. Sang puteri lebih tertarik kepada pengantar daripada pelamarnya! Itu mengejutkan dan ironis. Tapi, saya juga mengatakan indah karena satu alasan; reaksi Salman. Bayangkan sebuah perasaan, dimana cinta dan persaudaraan bergejolak dan berebut tempat dalam hati. Bayangkan sebentuk malu yang membuncah dan bertemu dengan gelombang kesadaran; bahwa dia memang belum punya hak apapun atas orang yang dicintainya. Mari kita dengar ia berbicara.
“ Allahu Akbar!”, seru Salman, “Semua mahar dan nafkah yang kupersiapkan ini akan aku serahkan pada Abud Darda’, dan aku akan menjadi saksi pernikahan kalian!”

Cinta tak harus memiliki. Dan sejatinya kita memang tak pernah memiliki apapun dalam kehidupan ini. Salman mengajarkan kita untuk meraih kesadaran tinggi itu di tengah perasaan yang berkecamuk rumit; malu, kecewa, sedih, merasa salah memilih pengantar, merasa berada di tempat yang keliru, di negara yang salah , dan seterusnya. Ini tidak mudah. Dan kita yang sering merasa memiliki orang yang kita cintai, mari belajar pada Salman. Tentang sebuah kesadaran yang kadang harus kita munculkan dalam situasi yang tak mudah.
Sergapan rasa memiliki terkadang sangat memabukkan..
Rasa memiliki seringkali membawa kelalaian. Kata orang Jawa “Milik nggendhong lali”. Maka menjadi seorang manusia yang hakikatnya hamba adalah belajar untuk menikmati sesuatu yang bukan milik kita, sekaligus mempertahankan kesadaran bahwa kita hanya dipinjami. Inilah sulitnya. Tak seperti seorang tukang parkir yang hanya dititipi, kita diberi bekal oleh Allah untuk mengayakan nilai guna karunia-Nya. Maka rasa memiliki kadang menjadi sulit untuk ditepis.
Di jalan cinta para pejuang, hakikat ini akan kita asah. Bahwa kita semua milik Allah dan hanya kepada-Nya kita akan kembali. Maka dengan sahabat yang paling mesra, dengan istri yang paling setia, atau anak-anak yang berbakti, hubungan kita bukanlah hubungan saling memiliki. Allah hanya meminjamkan dia untuk kita dan meminjamkan kita untuknya. Mari belajar lebih jauh tentang hakikat ini.

comment : this story so inspiring. It taught us about friendship, love, possessive feeling and another lesson that cannot stated. Although Salman’s willing to marry the girl has been refused, Salman don’t sad. Salman sacrificed his love to save his friendship.. this is the main wise that I get from this story.

-Wulandari-

DIARY JAULAH KE UNS DAN UGM

Assalamu’alaykum Warohmatullah..

Kamis, 1 April 2010

Hari ini saya akan mengikuti jaulah ke Solo dan Jogja. Pulang kuliah setelah menjenguk temen di RS Advent, saya membayar biaya transport ke kamar teh Okta, Rp 130.000,00.

Dari hasil berbincang-bincang, saya bersyukur bisa dapat tempat, karena sempat menjadi salah satu waiting list karena sedikit misscom.

Setelah packing, saya berangkat ke Salman pukul 18.45 WIB. Sesampainya di masjid Salman saya tilawah bentar sambil menanti azan isya’. Setelah mengantar Nia membeli makan malam dan snack serta mengambil uang di ATM kampus, saya kembali berkumpul bersama para teteh 2007, 2008.. wah, subhanallah ternyata akhwat 2009 yang berkesempatan ikut jaulah kali ini hanya Nia dan saya. Ternyata karena ada satu dan lain hal, rombongan yang terdiri dari 40 ikhwan dan 20 akhwat baru bisa memulai perjalanan sekitar pukul 22.00 WIB (setelah terlebih dahulu ada do’a bersama dan meluruskan niat sebelum memulai perjalanan ini), padahal jadwalnya pukul 20.00 WIB.

Perjalanan dimulai di tengah gelap malam dengan bus Kramat Jati. Di awal perjalanan dibagikan rundown acara. Subhanallah banget deh susunannya.. Meski akhirnya ada beberapa agenda yang tidak jadi dilaksanakan.

Saya duduk bertiga dengan Nia (FTTM 2009) dan teh Ratih(TI 2008). Kami asyik bercerita menikmati perjalanan malam sebelum akhirnya tertidur pulas.

Jumat, 2 april 2010

Sekitar pukul 4.30 WIB rombongan jaulah tiba di Jati Lawang untuk melaksanakan sholat subuh sebelum melanjutkan perjalanan. Pukul 8.30 WIB kami tiba di Jogja, kami mencari sarapan, ada yang jalan, naik becak, foto-foto dan berbagai aktivitas lainnya. Saya, Nia, teh Dini, teh Nadin, teh Ratih dan teh Dwina naik becak, masing-masing berdua untuk satu becak, kami makan gudeg asli Jogja di daerah sekitar kraton. Selesai makan saya ditelpon teh Okta untuk segera kembali ke bus karena ingin mengejar waktu sholat jumat di Solo. Singkat cerita perjalanan dilanjutkan. Selama perjalanan melintasi kota Jogjakarta ini, saya menikmati pemandangan di sekitar jalan sesekali mendengarkan taaruf antaranggota jaulah. Wah, ternyata mayoritas yang ikut jaulah adalah orang-orang yang menurut saya subhanallah banget, saya merasa beruntung sekali berkesempatan melakukan perjalanan dengan mereka. Pukul 11.30 WIB kami tiba di daerah Delanggu. Para ikhwan turun dari bus guna melaksanakan sholat jumat. Sebelumnya sempat terjadi dialog apakah menjamak sholat dhuhur dan ’asar karena sedang safar ataukah tetap jumatan? Akhirnya para ikhwan bisa ikut jumatan. Selagi menunggu para ikhwan sholat, para akhwat ada yang tetap di bus tilawah (alhamdulillah saya waktu itu bisa selesai membaca QS Al Kahfi dalam sekali duduk, karena diingatkan oleh salah satu ikhwan untuk membaca surah tersebut). Ada juga beberapa akhwat yang turun dari bus membeli es kelapa muda dan aneka makanan kecil sebelum melanjutkan perjalanan lagi ke Solo. Sekitar pukul 13.30 WIB rombongan jaulah sampai di UNS. Kami disambut dengan penuh kehangatan oleh temen-temen JN UKMI UNS. Setelah sholat dhuhur kami dijamu makan siang, ada juga yang diantar mandi ke rumah kos terdekat. Subhanallah deh sambutan yang diberikan sangat bersahabat.

Ba’da sholat Asar acara studi banding dilakukan di ”markas” JN UKMI. Acara diawali dengan tilawah lalu ketua dari JN UKMI dan GAMAIS ITB memberikan deskripsi keberjalanan dakwah di kampus masing-masing. Lalu ada sesi tanya jawab dan banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dari Gamais kepada JN UKMI. Sebenarnya acara berlangsung hingga maghrib, tapi saya izin pulang duluan karena sudah dijemput pakdhe dari pukul 16.00 WIB. Alhamdulillah diizinkan, tapi besok pagi-pagi harus nyusul ke Jogja guna mengikuti jaulah di UGM.

Sebelum pulang saya menyempatkan diri untuk memeriksakan mata sekaligus mengganti lensa kacamata yang memang seharusnya sudah diganti. Saat di perjalanan pulang pakdhe ditelpon budhe, saya yang mengangkat telponnya. Nada kebahagiaan terdengar dari percakapan singkat kami, ”ini dek ndari, gimana jadi pulang to.. ibumu sudah tidak sabar pengen segera ketemu nduk, dari tadi nanyain terus, gimana nduk jadi pulang kan??” begitulah budhe mengawali pembicaraan itu. ”nggih budhe, niki wulan sampun dugi proliman, saestu mantuk budhe” saya jawab seperti itu. Setetes air mata rindu mengalir tanpa saya sadari. Sebelum pulang ke rumah saya mampir dulu ke rumah nenek, yang tidak terlalu jauh dari rumah saya. Di sana ternyata ada kakek, nenek, om, pakde, bapak dan saudara sepupu saya yang masih 5 tahun yang kebetulan sedang maen di sana. Mereka menyambut kedatangan saya dengan penuh keakraban. Setelah sekitar 20 menit bercerita dan ditanya ini itu, saya pamit pulang karena sudah dinanti ibu di rumah. Sesampainya di rumah ibu memeluk dan mengecup kening saya dengan pelukan hangat berbalut rindu dan air mata cinta mendalam (so sweet banget deh ^_^). Maklumlah karena rencana awal saya pulang jam 7.00 WIB tapi baru bisa sampai di rumah pukul 20.00 WIB.

Setelah sholat isya dijamak takhir maghrib saya bercengkerama dengan ibu sambil tiduran di samping adek yang baru berusia 7 bulan. Banyak hal yang saya sampaikan dan sesekali ibu memberi saran dan nasehat. Karena terlalu capek saya ketiduran. Bahkan sampai tidak sempat menggendong adik terkecil saya.

Sabtu,3 April 2010 ( Keesokan paginya, pukul 4.30 WIB)

”Nduk, sholat dulu, nanti mau berangkat jam berapa?” halus dan lembut sekali ibu membangunkan saya. Astaghfirullah sudah pagi lagi, ada sedikit rasa tidak terima karena harus pergi lagi, meninggalkan rumah dan keluarga tercinta. Tapi ini harus dilakukan. Saya harus kuat, tidak boleh kalah, hanyut terbawa perasaan.

Tepat pukul 5.45 WIB saya pamitan dengan bapak, ibu, adik, bude dan kakak-kakak sepupu saya yang masih berumur 5 tahun, 10 tahun dan 11 tahun. Suasana haru menyelimuti keberangkatan saya.(beneran lho, saya gak lebay).

Pukul 6.30 WIB saya sampai di Stasiun Purwosari diantar pakde, lalu saya beli 2 tiket prameks ke Jogja. Saya dan mbak Amal (EL 2008) melanjutkan perjalanan ke Jogja selama 1 jam. Lalu kami naik bus kopata jalur 4 guna turun di masjid kampus UGM. Subhanallah masjidnya bagus banget, ada banyak pohon di sekitar masjid juga ada air mancur yang akan menyembur secara periodik tiap beberapa menit atau beberapa jam (lupa detailnya). Saya dan mbak Amal sampai di masjid kampus UGM pukul 8.30 WIB. Tepat saat acara semacam studi banding seperti di UNS dibuka. Seperti biasa ketua JS (Jamaah Salahuddin) dan kepala Gamais mendeskripsikan profil dakwah yang telah berjalan di kampus masing-masing. Setelah acara, kami berkumpul per divisi untuk saling share biar lebih intensif.

Saya mewakili LDW Milis (Moslem Family of Mathematic and Natural Sciences) berkumpul bersama teh Tuti, teh Dini, teh Nadia, teh Santi Gamais dan teh Havisena dari JS. Kami share seputar divisi Annisaa-kemuslimahan. Banyak hal yang saya dapat dari share ini. Ada beberapa pertanyaan yang saya ajukan.

Acara ditutup tepat saat azan dhuhur berkumandang. Setelah sholat jamak takdim dhuhur-ashar, rombongan melanjutkan jalan-jalan ke Malioboro. Karena ada sedikit kereusakan pada bis yang kami sewa, belanja di Malioboro diperpanjang hingga maghrib. Padahal agendanya seharusnya belanja cuma sampai pukul 15.00 WIB lalu berlanjut ke Borobudur di Magelang. Tapi ga jadi.

Sekitar pukul 19.00 WIB rombongan melanjutkan perjalanan pulang ke Bandung setelah mampir makan malam di salah satu rumah makan di sekitar Jogja.

Ahad, 4 April 2010

Pukul 4.45 WIB rombongan berhenti sejenak di salah satu masjid guna sholat subuh. Perjalanan dilanjutkan. Kami tiba di gerbang depan kampus Ganesha pukul 7.30 WIB. Rasa senang sedih haru bahagia bercampur jadi satu. Alhamdulillah kami tiba kembali di Bandung dengan selamat.

Tiga pertanyaan dan jawabannya.

  1. Bagaimana proses kaderisasi di JS?

Kaderisasi dilakukan sejak 1 bulan sebelum UM UGM yaitu saat calon mahasiswa menginap di asrama UGM. Amanah yang diberikan mempunyai masa yang berbeda, berupa sistem pendampingan.

  1. Bagaimana jam malam di JS ?

Jam malamnya pukul 17.30 WIB. Setelah jam itu tidak boleh ada aktivitas ikhwan-akhwat di sekitar masjid kampus. Apapun alasannya.

  1. Adakah dukungan/kolaborasi calon ketua BEM yang diusung/diusulkan oleh JS ?

Tidak ada, karena semua pengurus BEM berasal dari partai yang menang, partai yang kalah menjadi oposisi dan tidak ikut campur terhadap program-program BEM.

Sekedar informasi : di JS ada banyak sekali harokah yang potensial memicu perdebatan tetapi semua itu bisa dikomunikasikan dengan baik. Tantangan dakwah di UGM jauh lebih kompleks dibanding di ITB karena di UGM mempunyai ragam jurusan yang lebih heterogen.

Demikian diary jaulah yang bisa saya sampaikan. ’afwan jiddan atas segala kekurangannya.

Semoga bermanfaat.

Wassalamu’alaykum Warohmatullah..

-Wulandari Purwaningrum-

-Kimia 2009-

 

berbagi kisah lewat kata dan puisi.. © 2008. Design By: SkinCorner